ASAL
USUL KOTA REMBANG
Perlu diingat asal – usul kota
rembang banyak versinya sehingga tidak setiap orang mengetahui asal – usul kota
Rembang yang sama versinya.
Sumber : http://jarwonoadjar.wordpress.com/2009/02/18/asal-usul-kota-rembang/
BUDAYA
REMBANG
Bangunan Kuno
Istirahat Sejenak di Masjid Cagar Budaya Rembang* Jalan-Jalan
Jika melintasi jalur pantura timur Jawa Tengah menuju ke Jawa Timur, ada beberapa tempat yang layak untuk istirahat, makan, dan shalat. Satu tempat yang nyaman itu di kota Rembang, yaitu di Masjid Agung Rembang.
Masjid ini berada di kompleks alun-alun dan dekat dengan jalan utama sehingga pengunjung dapat dengan mudah menemukannya. Selain beribadah, bagi umat Muslim, pengunjung dapat sekaligus menikmati keindahan bangunan masjid yang dibangun tahun 1814 ini. Meski telah enam kali dipugar, bangunan induk masjid masih dijaga keasliannya karena telah dijadikan bangunan cagar budaya oleh pemerintah. Jadi, pengunjung tetap dapat menikmati keindahan bangunan yang merupakan salah satu prototipe masjid kuno di Indonesia.
Keunikan masjid yang masih terpancar hingga kini adalah bangunan utama berukuran sekitar 50 x 50 x 10 meter. Tembok dengan tebal sekitar setengah meter dengan tiga buah pintu dan dua jendela utama yang sama-sama berukuran besar, terbuat dari kayu jati bertekstur kasar khas karya zaman dulu. Di dalam bangunan masjid terdapat empat buah soko guru bulat besar dan berukir, mimbar kayu besar dengan tiga buah anak tangga, dan tangga besar vertikal dari kayu jati untuk menuju ke wuwungan masjid.
Shalat di dalam masjid kuno ini akan membawa pengunjung seolah- olah kembali ke masa lalu. Kekhusyukan lebih tercipta bersama keheningan, kesejukan, dan kicau cicit burung yang bersarang di atap masjid yang terbuat dari kayu itu.
Di belakang masjid ada bangunan cungkup berbentuk segi delapan berarsitektur Eropa. Bangunan itu dikenal sebagai Makam Pangeran Sedo Laut, salah satu adipati Rembang. Di kompleks makam itu juga terdapat empat makam lain termasuk makam adipati pertama Rembang, Adipati Condrodiningrat, yang membangun Masjid Agung Rembang.
Istirahat Sejenak di Masjid Cagar Budaya Rembang* Jalan-Jalan
Jika melintasi jalur pantura timur Jawa Tengah menuju ke Jawa Timur, ada beberapa tempat yang layak untuk istirahat, makan, dan shalat. Satu tempat yang nyaman itu di kota Rembang, yaitu di Masjid Agung Rembang.
Masjid ini berada di kompleks alun-alun dan dekat dengan jalan utama sehingga pengunjung dapat dengan mudah menemukannya. Selain beribadah, bagi umat Muslim, pengunjung dapat sekaligus menikmati keindahan bangunan masjid yang dibangun tahun 1814 ini. Meski telah enam kali dipugar, bangunan induk masjid masih dijaga keasliannya karena telah dijadikan bangunan cagar budaya oleh pemerintah. Jadi, pengunjung tetap dapat menikmati keindahan bangunan yang merupakan salah satu prototipe masjid kuno di Indonesia.
Keunikan masjid yang masih terpancar hingga kini adalah bangunan utama berukuran sekitar 50 x 50 x 10 meter. Tembok dengan tebal sekitar setengah meter dengan tiga buah pintu dan dua jendela utama yang sama-sama berukuran besar, terbuat dari kayu jati bertekstur kasar khas karya zaman dulu. Di dalam bangunan masjid terdapat empat buah soko guru bulat besar dan berukir, mimbar kayu besar dengan tiga buah anak tangga, dan tangga besar vertikal dari kayu jati untuk menuju ke wuwungan masjid.
Shalat di dalam masjid kuno ini akan membawa pengunjung seolah- olah kembali ke masa lalu. Kekhusyukan lebih tercipta bersama keheningan, kesejukan, dan kicau cicit burung yang bersarang di atap masjid yang terbuat dari kayu itu.
Di belakang masjid ada bangunan cungkup berbentuk segi delapan berarsitektur Eropa. Bangunan itu dikenal sebagai Makam Pangeran Sedo Laut, salah satu adipati Rembang. Di kompleks makam itu juga terdapat empat makam lain termasuk makam adipati pertama Rembang, Adipati Condrodiningrat, yang membangun Masjid Agung Rembang.
sumber: http://tonyqueen.wordpress.com/budaya-rembang/
MAKANAN
KHAS REMBANG JAWA TENGAH
5 Makanan Khas Rembang, Jawa Tengah - Kabupaten Rembang ialah sebuah kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Rembang. Kabupaten Rembang berada di
bagian timur wilayah provinsi jawa tengah. Secara geografis rembang ini berada
di pinggiran pantai dan sebagian di wilayah pegunungan. Di rembang juga
mempunyai makanan khas yang cukup unik dan menarik untuk di
cicipinya, makanan khasnya yang terkenal adalah : sayur merica, lontong
tuyuhan, sate serempeh, dumbeg, jenang watuh dan masih banyak lagi, dalam
tulisan di makanan indonesia ini saya akan menjabarkan 5
makanan khas rembang yang menggoda lidah , berikut 5 makanan khas rembang
jawatengah :
1. Sate Serepeh
Sate Serepeh
|
Sate Sarepeh
merupakan sate yang berbahan dasar ayam kampung, dengan racikan bumbu tradisional
yang terdiri dari cabe merah, gula merah, santan dan garam. Sate ini merupakan
lauk pauk daerah rembang, yang penyajianya biasanya di sajikan dengan lonbtong.
Lontong
Tuyuhan
|
Lontong tuyuhan
yaitu lonthong yang diberi kuah opor ayam yang agak encer tetapi rasanya leghit
karena rempah-rempah yang dipakai sangat khas, Biasanya lauknya bisa memilih
daging ayam yang dimasak dalam kuah atau pilih jerohan ayam,dan minumnya es
degan. Jika anda jalan-jalan ke rembang jangan lupa untuk mencobanya.
Dumbeg ini
adalah makanan yang terbuat dari tepung beras, gula pasir/gula aren dan
ditambahkan garam, air pohon nira/ legen; dan kalau suka ditaburi buah nangka/kelapa
muda yang dipotong sebesar dadu. Kemudian tempatnya dari daun lontar berbentuk
kerucut dengan bau yang menjadikan makanan ini khas. Jika anda pergi ke rembang
untuk mencicipinya pergi saya ke desa Pohlandak dan desa Mondoteko
Jadah
|
Jadah adalah
makanan khas rembang yang terbuat dari beras ketan putih, kelapa muda, garam
yang ditumbuk halus di atas keranjang yang Terbuat dari daun lontar/daun kelapa
muda dan alat tumbuknya juga dilapis dengan daun lontar dan kelapa muda. Jadah
ini memiliki rasa sangat gurih, biasanya jadah dicetak persegi dan
dibungkus dengan daun pisang.
5. Kaoya Dudul
Kaoya dudul ini
terbuat dari beras ketan, kacang hijau, gula aren/gula pasir dan garam.
Tempatnya dari daun lontar berlubang bulat kecil sebanyak 5 buah, kalau makan
tinggal didudul/ di pencet saja, rasanya sangat manis dan gurih. untuk anda
yang berdinggah ke rembang jangan lupa untuk mencicipinya, juga bisa di jadikan
oleh.
sumber:http://makananindonesia-top.blogspot.com/2014/06/5-makanan-khas-rembang-jawa-tengah.html
CIRI
KHAS REMBANG JAWA TENGAH
SEJAK batik diakui
sebagai warisan budaya dunia yang dijaga kelestariannya oleh UNESCO awal
Oktober 2009 silam, fenomena penggunaan batik meluas di kalangan masyarakat
Indonesia. Batik tidak lagi diasosiasikan sebagai benda kuno yang ketinggalan
zaman.
Batik yang dulu identik dengan busana formil untuk acara-acara kondangan atau kantoran, kini justru berbalik didesain makin gaul dan trendy. Batik kini bukan 'milik' generasi tua. Muda-mudi beramai-ramai mengenakan batik dalam segala jenis aktivitas keseharian mereka. Bahkan, sejak itu banyak lembaga pemerintah dan swasta mewajibkan pegawainya mengenakan batik pada hari kerja tertentu, khususnya Jumat. Asal tahu saja, budaya membatik tidak hanya berkembang di Pekalongan dan Solo.
Dua kota tadi memang menjadi pemain utama pasar batik karena pasokan besar ke berbagai toko dan butik di seluruh Indonesia. Untuk itu, tidak adil bila membicarakan batik tanpa menyebut Lasem. Kota kecil di pesisir utara Pulau Jawa ini dikenal sebagai Tiongkok Kecil di Pulau Jawa. Konon, Lasem merupakan titik pertama pendaratan pelayar dan saudagar Tiongkok di Pulau Jawa belasan abad silam. Seiring dengan maraknya kedatangan mereka di wilayah ini, berkembanglah pemukiman Tiongkok di Lasem. Kini, bangunan-bangunan berarsitektur Tiongkok bertebaran di kota yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Rembang ini.
Batik yang dulu identik dengan busana formil untuk acara-acara kondangan atau kantoran, kini justru berbalik didesain makin gaul dan trendy. Batik kini bukan 'milik' generasi tua. Muda-mudi beramai-ramai mengenakan batik dalam segala jenis aktivitas keseharian mereka. Bahkan, sejak itu banyak lembaga pemerintah dan swasta mewajibkan pegawainya mengenakan batik pada hari kerja tertentu, khususnya Jumat. Asal tahu saja, budaya membatik tidak hanya berkembang di Pekalongan dan Solo.
Dua kota tadi memang menjadi pemain utama pasar batik karena pasokan besar ke berbagai toko dan butik di seluruh Indonesia. Untuk itu, tidak adil bila membicarakan batik tanpa menyebut Lasem. Kota kecil di pesisir utara Pulau Jawa ini dikenal sebagai Tiongkok Kecil di Pulau Jawa. Konon, Lasem merupakan titik pertama pendaratan pelayar dan saudagar Tiongkok di Pulau Jawa belasan abad silam. Seiring dengan maraknya kedatangan mereka di wilayah ini, berkembanglah pemukiman Tiongkok di Lasem. Kini, bangunan-bangunan berarsitektur Tiongkok bertebaran di kota yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Rembang ini.
Para imigran pertama asal Tiongkok ini menularkan keahlian membatik mereka
kepada warga setempat. Saat itu, kegiatan membatik sebenarnya berkembang di
beberapa kerajaan di Pulau Jawa.
Motif-motif ala Tiongkok yang didominasi flora-fauna seperti naga, burung
hong, dan tanaman bambu menjadi ciri motif Laseman. Warna merah darah (getih
pitik) adalah salah satu ciri khas batik Lasem. Batik Lasem kini terus
berkembang. Tidak hanya didominasi pembatik keturunan Tionghoa yang mewarisi
usaha generasi pendahulu mereka, pengerajin batik Lasem keturunan Jawa mulai
bermunculan. Mereka membuka industri rumahan beberapa dusun seperti di Babagan,
Gedongmulyo, dan Soditan.
Beberapa tahun lalu, Pemkab Rembang membuka Showroom Batik Tulis Lasem di
Jalan Raya Lasem. Ruang pamer ini menempati gedung bergaya Belanda yang
terakhir kali digunakan sebagai kantor kecamatan. Produk batik para pengerajin
batik Lasem dipajang dan dijual di sini. Mayoritas masih berbentuk kain dengan
ukuran 2,4 meter persegi. Harga jualnya beragam, dari Rp 150 ribu sampai Rp 5
juta. "Tergantung motif, warna, dan bahannya,"ujar Dwi, seorang
penjaga showroom.
Kain batik di ruang pamer ini memiliki bermacam-macam motif. Perpaduan
motif Laseman dan motif Jawa seperti sekar jagat, sido mukti, dan pasiran
merupakan produk yang paling banyak di pamerkan. Dwi mengatakan, saat ini
jumlah pengrajin batik tulis keturunan Tionghoa di Lasem semakin sedikit.
Setidaknya tersisa tiga pengerajin besar, salah satunya Batik Maranatha.
Priscilla Renny merupakan generasi kelima Batik Maranatha. Baru empat tahun ini
ia memegang kemudi bisnis yang dirintis leluhurnya."Saya tidak bisa bercerita
sejak kapan usaha ini didirikan karena saya sendiri tidak tahu," ujarnya.
Yang jelas, tegasnya, Batik Maranatha mulai dikenal luas sejak dipegang ibunya,
Naomi Susilowati.
Awalnya, Priscilla enggan mewarisi usaha ini dan menjadi pengerajin batik. Seperti dua saudara kandung laki-lakinya, ia ingin menempuh pendidikan tinggi di kota besar.
Awalnya, Priscilla enggan mewarisi usaha ini dan menjadi pengerajin batik. Seperti dua saudara kandung laki-lakinya, ia ingin menempuh pendidikan tinggi di kota besar.
Namun nasib berkata lain. Sekitar delapan tahun lalu, ia mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan mata kirinya tak dapat berfungsi normal. "Setelah itu, tiba-tiba mama meninggal pada tahun 2010. Mau tidak mau saya harus meneruskan usaha mama," kenangnya. Di tangan almarhum ibunya, Batik Maranatha naik kelas. Seiring menjamurnya pembatik di Lasem, Naomi membuat diferensiasi dengan kompetitornya.
Ia memroduksi kain batik dalam jumlah terbatas agar eksklusif dan harga jualnya tinggi. Merek Batik Tulis Maranatha kemudian banyak diburu para kolektor. Kain Batik Marantha terlihat sangat Tionghoa. Mereka mempertahankan ciri khas warna merah darah. Motif-motif yang dibuat begitu rapat dan detail. Mereka juga memberikan treatment khusus agar kain tidak menyusut saat dicuci. "Ini berbeda dengan merek lain yang selalu menyusut setelah dicuci. Bahkan, semakin sering dicuci warna kain menjadi lebih terang," tuturnya sambil menunjukkan contoh kainnya yang telah berusia lima tahun. Kain termurah produksi Priscilla berada pada harga 1,8 juta rupiah. Motif-motif di harga ini antara lain watu pecah, tahanan, dan sekar jagat. Jika anda ingin memiliki sepotong kain khas Batik Maranatha, dengan motif yang detail dan berwarna merah darah, anda paling tidak harus mengeluarkan danasebesarRp5juta.
sumber:http://www.tribunnews.com/lifestyle/2014/08/05/batik-laseman-dengan-motif-tiongkok-khas-kota-rembang-jawa-tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar